Wednesday, August 29, 2012

Semoga berhasil

yaaa, pasti ada beberapa diantara kalian yang bertanya tanya, sebenarnya kenapa ada post sembelumnya ttg anak bungsu??? ya kaan? haha yaudah deh dikasih tau nih, jadi baru aja kemarin malem buka tumblr acara dari fakultas psikologi ui, trus pas dibaca sampe postingan lainnya, baru liat ada lomba menulis essai. ya berhubung tingkat kesukaan gue untuk menulis lumayan besar, ya akhirnya gue gercep semalaman mengerjakannya, cari info info ttg nilai psikologinya dari buku buku di internet hehe. dan lombanya tuh dibagi beberapa sub tema, dan gue sangat antusias sama sub ttg personal identity, kalo mau tau cerita dajn makna dari essai yg gue buat baca post ttg "anak bungsu" yaaaa, semoga apa yang gue tulis asli bikinan gue ini bisa bermanfaat buat kalian, thanks :) dan ada juga kategori pemenang favorit, lgsg tuh disuruh kakanya upload ke fb jadi bagi kalian yg antusias sama ceritanya terus suka, ngga maksa sihhh cuma kalo emg kalian suka bisa like notes di fb gue yaaa hehe thanks all for support me ;;) apapun hasilnya yang penting udah bisa buat essai yang semoga bermanfaat aminnnnnn!

Anak bungsu? jangan takut berprestasi....


Siapa aku? Semua orang di masa remaja seperti saat ini pasti mulai bertanya-tanya tentang kehidupan pribadinya? Ya, aku pun merasakan hal yang sama, rasa ingin tahu tentang apa yang ada dalam diriku, bagaimana kehidupanku nantinya dan hal sejenisnya mulai ku pikirkan. Tak jarang aku juga mulai bertanya-tanya kepada teman dan orang-orang di lingkungan sekitarku.

Kita sering berbicara tentang "personal identity". Personal identity adalah apa yang membuat unik sebagai individu dan berbeda dari orang lain (Ludwig, 1997). Menurut Allport, manusia normal adalah makhluk yang rasional yang diatur terutama oleh tujuan kesadarannya yang berakar dari masa kini dan masa yang akan datang. Prinsip dasar tingkah laku adalah terus menerus bergerak mengalir. Sedangkan menurut Adler menekankan adanya keunikan pribadi. Setiap pribadi merupakan konfigurasi unik dari motif-motif, sifat, minat, dan nilai-nilai. Dalam mewujudkan personal identity diperlukan mencari model/teladan dalam berperilaku serta mencari penguatan kepribadian (dalam Alwisol, 2010).

Saat memasuki pertemuan awal dikelas baru, seperti biasa kami memperkenalkan diri dan impian yang kita inginkan. Wali kelaspun menanyakan seputar penyokong dalam kehidupan pribadiku, tentang orangtua, jumlah saudara kandung serta pendidikan yang mereka jalani. Faktor yang menjadi penyokong kehidupanku terutama adalah Keluarga dimana aku terlahir sebagai anak terakhir. Aku dapat mengambil pelajaran dan pendidikan  dari orangtuaku yang sama-sama bergelar S1, dan juga dapat bertanya serta bertukar pikiran dalam segala hal yang tidak aku mengerti kepada kedua kakakku.

  Sebenarnya aku termasuk anak yang masih “labil”, dimana seperti remaja kebanyakan yang masih mencoba mencari jati diri. Dalam kehidupan, aku masih bisa terpengaruh untuk menjadi duplikasi dari kedua kakakku, atau aku memang harus mencari jalanku untuk kehidupan di masa depan yang akan aku jalani. Dan saat berkumpul bersama teman teman pasti akan ada jawaban yang sama dan berbeda. Fida dan Dhea bilang ‘emang nasib kita jadi anak terakhir susah ya, nanti kalo prestasi biasa aja jadi salah karena kakak-kakak kita telah berprestasi lebih baik’. Nia mengatakan ‘aku anak tunggal, apapun yang aku lakukan harus bisa membanggakan mereka’ dan juga ada Tasya dan Dini ‘ya kita paling berat, anak pertama harus bener bener jadi contoh yang baik buat adik-adik kita’.

  Adler menyatakan setiap anak lahir dengan unsur genetik yang berbeda, masuk kedalam setting sosial yang berbeda dan akan menginterpretasikan situasi dan pengalamannya dengan cara yang berbeda pula. Keturunan memang sering membatasi kemampuan seseorang, namun tetap mengakui bahwa siapapun dapat mengerjakan apa saja. Dan hakikatnya anak bungsu memiliki banyak model, seperti menerima banyak perhatian, sering dimanja, dan walaupun sering berbagi dengan kakaknya, porsi yang dia dapatkan tidak berubah sejak awal. Sehingga mereka bisa mengungguli saudaranya namun bisa saja mereka jadi ketergantungan dengan orang lain, ambisi kurang realistis dan pola hidup yang manja (dalam Feist & Feist, 2009).

Aku meyakini bahwa memang butuh motivasi dari dalam diri sendiri untuk melakukan pergerakan ke arah yang positif, sehingga bisa mendapatkan impian sesuai dengan kemampuanku. Biasanya aku akan menjadi lebih rajin untuk belajar dan membaca, jika ada tujuan yang harus aku gapai. Seperti halnya setelah lulus SMA, aku harus melanjutkan kuliah di??? Dan aku bisa terus belajar dengan tekun mengerjakan latihan soal, tugas dan lainnya tanpa peduli waktu bila lewat tengah malam. Karena adanya motivasi dalam diriku untuk menggapai tujuan yang telah aku tetapkan!
Menurutku pola asuh orang tua memang sangat berpengaruh karena yang diajarkan sejak kecil akan selalu melekat hingga dewasa nanti karena memang yang diajarkan sangat berguna dan bermanfaat. Dalam pengakuan dan prestasi, aku akan bekerja keras untuk menggapainya karena aku merasa banyak yang peduli terhadapku dan termotivasi karena prestasi di bidang pendidikan sejak TK sampai SMA yang terbilang membanggakan.

Sekarang semua orang pasti ingin meneruskan impiannya sesuai dengan yang mereka inginkan?? Aku juga sama seperti kebanyakan orang, bisa menjalankan kehidupan kedepannya sesuai kemampuan yang aku miliki sendiri, bukan karena harus mengikuti orang lain dan berubah menjadi orang lain demi mendapatkan impiannya.. Apakah aku bisa meneruskan dan melanjutkan hal hal baik sesuai jati diri yang aku miliki?

Bahasan seputar hal kecil namun kadang membuat kita berpikir keras, sebaiknya apa yang kita lakukan?sulit mencari jati diri yang memang harus menjadi passion atau brand image yang sudah seharusnya kita miliki. Dan semua pengalaman yang berbeda beda selalu menjadi cerita dan pembelajaran tersendiri yang selalu aku ambil.